PEMBUKAAN
Assalamu’alaikum. Wr.Wb
Alhamdulillah dan puji syukur kehadirat
Allah SWT kami ucapkan atas terselesainya tugas makalah penddidikan
agama islam tentang “ PERILAKU TERPUJI”. Tanpa ridha dan kasih sayang serta
petunjuk dari-Nya mustahil makalah ini dapat dirampungkan.
makalah ini disusun sebagai tugas pembelajaran agama islam untuk SMA
kelas XI semester ganjil. Besar harapan kami agar makalah ini dapat digunakan
oleh siswa-siswi dalam mempelajari bagaimana berperilaku terpuji dalam konteks
ini adalah taubat dan raja’. Kami juga
berharap bahwa dengan hadirnya makalah ini akan mempermudah para siswa dlam
proses belajar disekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Akhirnya, sesuai dengan petatah “ tiada gading yang tak retak,” kami
mengharapkan saran dan kritik, khususnya dari bapak/ibu pembimbing bidang
studi Agama Islam. Kebenaran dan
kesempurnaan hanya milik Allah yang maha kuasa. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada para lembaga
yang telah membantu penyelaesaian makalah ini.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb
Taubat
A. Pengertian
taubat
·
Jika ditinjau
dari segi etimologi, term tobat adalah bentuk masdar dari kata
dasar تاب- يتوب- توبة tersusun dari akar kata ت- و- ب Kata ini
memiliki arti asal الرجوع (kembali). Contoh dalam kalimat تاب من ذنبه
sama dengan kalimat رجع عنه , berarti ia telah meninggalkan
perbuatan dosanya.
·
Dalam beberapa
kamus bahasa Arab, kata tobat diartikan sebagai al-rujû’ min al-dzambi
yang artinya “kembali dari perbuatan dosa”. Di dalam hadist disebutkan bahwa al-nadmu
taubatun “penyesalan itu manifestasi tobat”. Orang yang bertobat kepada
Allah (wa tâba ilâ Allâh) adalah kembali kepada Allah dari perbuatan
maksiat dengan taat kepada-Nya (wa ra’aja ‘an al-ma’siat ilâ al-tâ’at).
Jadi menurut Abu Mansur, asal dari kata tobat adalah kembali kepada Allah.
yakni ketika seorang hamba telah bertobat kepada Allah, maka Allah akan kembali
menerima hamba-Nya dengan pemberian ampunan.
Senada dengan pengertian di atas,
Ibrahim Anis, et. al, mendefinisikan tobat sebagai berikut :
الاعتراف والندم والاقلاع والعزم على
الاّ يعاود الانسان مااقترفه
Artinya : “Tobat adalah pengakuan
penyesalan, pencabutan terhadap perbuatan masa lalunya yang kelam), dan itikad
manusia untuk tidak membinasakan (mengulang-ulangi) dosa yang telah
diperbuatnya. Oleh karenanya tobat itu dapat menghilangkan perbuatan dosa”.
menurut
al-Ashfahany, tobat merupakan upaya meninggalkan perbuatan dosa dengan cara
yang baik. Tobat adalah cara penyesalan yang terbaik. Masih menurut
al-Ashfahany, ia mengklasifikasikan penyesalan menjadi tiga; adakalanya orang
yang menyesal mengatakan “saya tidak melakukan”, atau dia berkata “saya
melakukan karena sebab begini”, atau “saya melakukan dan dan saya berkehendak
dan sungguh saya telah mencabutnya”. Tobat secara syara’ adalah menanggalkan
perbuatan dosa karena kejelekannya, dan menyesal atas kealpaannya serta
bertekad untuk meninggalkan kebiasaan buruk.
B.
Syarat taubat
Ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi oleh orang yang bertobat agar tobatnya diterima Allah awt.
Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Tobat harus dilakukan seketika juga,
yaitu setelah sadar bahwa ia telah berbuat dosa.
2.
Tobat harus dilaukan dalam eadaan
tidak mempunyai tanggungan hak orang lain. Contohnya adalah utang. Tobat tidak
diterima sebelum utang tersebut dibayar.
3.
Tobat harus merupakan nasuha, yaitu
benar-benar menyesal atas kesalahan yang diperbuat dan bertekat tidak akan
mengulangi lagi.
4.
Tobat harus desertai pengakuan dan
kesadaran bahwa manusia sangat membutuhkan ampunan dari Allah swt.
5. Tobat harus diikuti dengan perbuatan
baik.
C. Nash-nash Al-Qur'an dan Sunnah yang
memotifasi bertaubat
1.
Firman Allah Ta'ala QS. At-Tahrim : 8
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى
رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ
تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ
وَالَّذِينَ آَمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ
وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا
إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
"Hai
orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa
(taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi
kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan nabi dan
orang-orang mukmin yang bersamanya."
2.
Firman Allah Ta'ala QS. An-Nur: 31
وَتُوبُوا
إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
"Dan
bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya
kamu beruntung."
3.
Firman Allah Ta'ala QS. Al-Maidah : 74
أَفَلَا
يَتُوبُونَ إِلَى اللَّهِ وَيَسْتَغْفِرُونَهُ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
"Maka
Mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya?. dan
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
4.
Firman Allah Ta'ala QS. Az-Zumar : 53
قُلْ
يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ
رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ
الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
"Katakanlah:
"Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni
dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang."
5.
Diriwayatkan Imam Muslim, dari Abu Sa'id Al-Khudri Radliyallah 'anhu,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ
اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ النَّهَارِ
وَيَبْسُطُ يَدَهُ بِانَّهَارِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ اللَّيْلِ حَتَّى تَطْلُعَ
الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا
"Sungguh
Allah 'Azza wa Jalla membentangkan tangan-Nya pada malam hari untuk merima
taubat pelaku dosa di siang hari, dan akan membentangkan tangan-Nya pada malam
hari untuk menerima taubat pelaku dosa di malam hari."
Sungguh
Allah 'Azza wa Jalla membentangkan tangan-Nya pada malam hari untuk merima
taubat pelaku dosa di siang hari, . .
6.
Diriwayatkan Imam muslim dan Ibnu Majah, dari Rifa'ah Al-Juhni,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ
اللَّهَ يُمْهِلُ حَتَّى إِذَا ذَهَبَ مِنْ اللَّيْلِ نِصْفُهُ أَوْ ثُلُثَاهُ
قَالَ لَا يَسْأَلَنَّ عِبَادِي غَيْرِي مَنْ يَدْعُنِي أَسْتَجِبْ لَهُ مَنْ
يَسْأَلْنِي أُعْطِهِ مَنْ يَسْتَغْفِرْنِي أَغْفِرْ لَهُ حَتَّى يَطْلُعَ
الْفَجْرُ
"Sungguh
Allah akan memberi tangguh, sehingga berlalu setengah atau sepertiga malam,
lalu berfirman: ((hambaku tidak meminta kepada selain-Ku, maka siapa saja yang
berdoa kepada-Ku pasti kan Ku kabulkan, siapa saja yang meminta kepadaku pasti
kan kupenuhi permintaannya, siapa saja yang memohon ampun pada-ku pasti kan
kuampuni sehingga terbit faja.))."
7.
Diriwayatkan Imam Muslim, dari Anas bin Malik radliyallah 'anhu,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
لَلَّهُ
أَشَدُّ فَرَحًا بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ حِينَ يَتُوبُ إِلَيْهِ مِنْ أَحَدِكُمْ
كَانَ عَلَى رَاحِلَتِهِ بِأَرْضِ فَلَاةٍ فَانْفَلَتَتْ مِنْهُ وَعَلَيْهَا
طَعَامُهُ وَشَرَابُهُ فَأَيِسَ مِنْهَا فَأَتَى شَجَرَةً فَاضْطَجَعَ فِي
ظِلِّهَا قَدْ أَيِسَ مِنْ رَاحِلَتِهِ فَبَيْنَا هُوَ كَذَلِكَ إِذَا هُوَ بِهَا
قَائِمَةً عِنْدَهُ فَأَخَذَ بِخِطَامِهَا ثُمَّ قَالَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ
اللَّهُمَّ أَنْتَ عَبْدِي وَأَنَا رَبُّكَ أَخْطَأَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ
"Sungguh
Allah sangat gembira dengan taubat hambanya ketika bertaubat kepada-Nya,
melebihi senangnya seorang hamba yang bepergian dengan kendaraannya di sebuah
negeri yang gersang, lalu kendaraannya tadi hilang, padahal bekal makan dan
minumnya berada di atasnya, lalu ia patah harapan untuk mendapatkannya, lalu ia
berteduh di bawah pohon dengan diliputi kekecewaan. Ketika seperti itu,
tiba-tiba kendaraannya berdiri di sampingnya, lalu ia pegang tali kendalinya,
kemudian berkata dengan gembiranya : "Ya Allah, Engkau adalah hambaku
sedangkan akku adalah tuhan-Mu!! Dia telah melakukan kesalahan karena terlalu
gembira."
Sebenarnya
ia ingin berkata: "Ya Allah, Engkau Tuhanku dan aku hamba-Mu" tapi,
lidahnya terbalik seperti di atas karena kegembiraan yang luar biasa. Maka
Allah lebih gembira dengan taubat hamba-Nya melebihi kegembiraannya.
8.
Diriwayatkan Ibnu Majah, dari Abu Hurairah radliyallah 'anhu, Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
لَوْ
أَخْطَأْتُمْ حَتَّى تَبْلُغَ خَطَايَاكُمْ السَّمَاءَ ثُمَّ تُبْتُمْ لَتَابَ
عَلَيْكُمْ
"Seandainya
kalian semua melakukan kesalahan (dosa), sehingga dosa kalian mencapai setinggi
langit, kemudian kalian bertaubat pasti Allah akan mengampuni kalian."
(Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam al Shahihah: 2/604)
9.
Diriwayatkan Ibnu Majah, dari Anas bin Malik radliyallah 'anhu,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
كُلُّ
بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
"Setiap
anak Adam pasti memiliki kesalahan, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah
mereka yang mau bertaubat." (Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam al
Misykah dan shahih sunan Ibni Majah).
D. Dosa
yang wajib bertaubat
Kesalahan atau kekhilafan yang
dilakukan terhadap orang lain, diantaranya seperti hal-hal berikut.
- Tidak memuliakan anak yatim piatu, tidak menganjurkan dan memberi makan orang miskin, memakan harta dengan mencampuradukkan yang hak dengan yang bathil dan mencintai harta yang berlebihan (lihat QS Al Fajr: 15-20)
- Bakhil, merasa tidak cukup dan mendustakan pahala yang baik (lihat QS Al Lail : 1-13)
- Mengumpat, mencela, prasangka dan olok-olok (lihat QS Al humazah : 1, dan Al Hujurat : 11-13)
- Tidak melaksanakan rukun Islam, terutama mendirikan salat
E. Hukum Taubat
Hukum
taubat ada dua macam:
Pertama, wajib. Yaitu bertaubat dari
meninggalkan kewajiban atau melakukan keharaman.
Kedua, sunnah. Yaitu bertaubat dari
meninggalkan perkara sunnah atau melakukan perkara yang makruh.
Orang
yang bertaubat dari yang pertama termasuk abrar muqtasidin. Adapun yang
bertaubat dari keduanya termasuk sabiqin muqarrabin. Sedangkan orang
yang tidak melakukan taubat yang pertama bisa menjadi dzalim, fasik bahkan
kafir.
Firman
Allah Ta'ala:
ثُمَّ
أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ
ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ
بِإِذْنِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ
"Kemudian
Kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang kami pilih di antara
hamba-hamba kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri
dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang
lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. yang demikian itu adalah
karunia yang amat besar." (Faafhir: 32).
F. Syarat
Taubat
Syarat taubat jika dirincikan ada tujuh macam:
Pertama, Ikhlas untuk Allah. Yaitu ia
melakukan taubat karena takut kepada Allah dan hanya mengharapkan pahala
dari-Nya.
Kedua, Taubatnya sesuai dengan petunjuk
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Taubat
termasuk ibadah yang bersifat khusus yang bisa diketahui caranya hanya melalui
Al-Qur'an dan As-Sunnah. Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:
مَنْ
عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
"Barangsiapa
yang melakukan suatu amalan ibadah yang tidak ada perintah dari kami, maka ia
tertolak." (HR. Muslim, no. 2747)
Ibnu
Rajab rahimahullah berkata: "Orang yang beramal tidak mengharap
wajah Allah, maka orang itu tidak mendapat pahala. Seperti itu juga semua
perbuatan yang tidak sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya akan tertolak.
Dan setiap orang yang mengadakan perkara-perkara baru dalam urusan dien yang
tidak diizinkan oleh Allah dan Rasul-Nya bukan termasuk bagian dien
(Islam)."
Imam
Ats-Tsauri rahimahullah berkata: "Para fuqaha' berkata: tidaklah
tegak suatu ucapan kecuali dengan amal, dan tidak syah suatu amal kecuali
dengan niat, dan tidak tegak suatu ucapan, amal dan niat kecuali dengan
as-Sunnah." (Al-Ibanatul Kubra, karya Ibnu Baththah: 1/333)
“Taubat
termasuk ibadah yang bersifat khusus yang bisa diketahui caranya hanya melalui
Al-Qur'an dan As-Sunnah”
Ketiga, Harus meninggalkan dosa yang
dilakukannya.
Taubat
tidak mungkin dengan tetap melaksanakan dosa yang ia bertaubat darinya. Orang
yang bertaubat tapi tetap melaksanakan dosa tersebut berarti ia telah berdusta
dan menghina Allah 'Azza wa Jalla.
Keempat, Menyesali perbuatan dosa.
Kalau
ia tidak menyesalinya, hal itu sebagai bukti bahwa ia ridla dengan perbuatan
dosa tersebut dan pasti akan selalu melakukannya. Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: النَّدَمُ تَوْبَةٌ "Menyesal
adalah (inti) taubat." (Ibnu Majah : 4252, dishahihkan oleh Syaikh
Al-Albani)
Menyesal
adalah berangan-angan, seandainya kesempatan itu datang lagi, ia pasti akan
melaksanakan kewajiban yang telah ditinggalkan, tidak akan berbuat dosa, akan
istiqamah terhadap perintah Allah dan senantiasa taat kepada-Nya.
Kelima, Bertekad tidak akan mengulangi dosa
itu selama-lamanya.
Kalau
seandainya ia sengaja melakukan dosa tersebut, maka taubatnya batal, ia harus
bertekad lagi untuk tidak mengulanginya. Tapi, barangsiapa yang tergoda oleh
syetan setelah itu, lalu terjerumus melakukan dosa tersebut, ia harus bertaubat
lagi, sedangkan taubatnya yang pertama tetap sah.
Dari
Uqbah bin Amir radliyallah 'anhu, ada seorang laki-laki datang kepada
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, lalu berkata: "Wahai Rasulullah,
salah seorang kami melakukan dosa."
Beliau
berkata: "Dicatat sebagai dosa (ia berdosa)."
Ia
berkata: "Kemudian ia minta ampun dan bertaubat."
beliau
berkata: "Diampuni dosanya dan diterima taubatnya."
Ia
berkata: "Lalu ia mengulanginya lagi dan melakukan dosa?"
Beliau
berkata: "Dicatat sebagai dosa (ia berdosa)."
Ia
berkata: "Kemudian ia minta ampun dan bertaubat."
Beliau
berkata: "Diampuni dosanya dan diterima taubatnya, dan Allah tidak akan
bosan (mengampuni dan menerima taubat) sampai kalian bosan (minta ampun dan
bertaubat)." (HR. At-Thabrani dan Imam Al-Haitsami dengan isnad yang
hasan)
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda yang diriwayatkan dari Rabb-nya 'Azza
wa Jalla, Allah berfirman: "Hamba-Ku telah berbuat dosa." Lalu ia
berkata: 'Ya Allah ampuni dosaku!' Lalu Allah Tabaraka wa Ta'ala
berfirman: "Hamba-Ku telah berbuat dosa, lalu ia tahu, bahwa ia mempunyai
Tuhan yang akan mengampuni dosa dan menghukum dengan dosa tersebut."
Kemudian ia kembali lagi berbuat dosa dan berkata: "Ya
Allah ampuni dosaku!" maka Allah Tabaraka wa Ta'ala berfirman:
"Hamba-Ku telah berbuat dosa, lalu ia tahu bahwa ia mempunyai Tuhan yang
akan mengampuni dosa dan menghukum dengan dosa tersebut."
Kemudian
ia kembali lagi berbuat dosa dan berkata: "Ya Allah ampuni dosaku!"
maka Allah Tabaraka wa Ta'ala berfirman: "Hamba-Ku telah berbuat dosa,
lalu ia tahu, bahwa ia mempunyai Tuhan yang akan mengampuni dosa dan menghukum
dengan dosa tersebut. Berbuat-lah sesukamu, Aku telah mengampuni dosamu."
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Keenam,
Mengembalikan hak kepada pemiliknya
jika berkaitan dengan hak adami. Seperti mencuri, menipu dan lainnya, maka ia
harus mengembalikan hak itu kepada pemiliknya, kecuali kelau setelah itu ia
mengikhlaskan untuknya.
Ketujuh, Taubat dilakukan pada waktu yang
tepat/masyru', yaitu sebelum dua hal:
a.
Sebelum nyawa berada di
kerongkongan. Ia yakin akan segera mati sehingga tidak punya pilihan lain
kecuali itu, seperti Fir'aun, dikisahkan dalam QS. Yunus: 91-92.
Sabda
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
إِنَّ
اللَّهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ
"Sesungguhnya
Allah tetap menerima taubat seorang hamba selama ruh (nyawa)nya belum di
tenggorokan." (HR. At-Tirmidzi, hadits hasan)
b. Sebelum Matahari terbit dari barat.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
:
سَبْعَةٌ مُغَلَّقَةٌ ، وَبَابٌ مَفْتُوْحٌ لِلتَّوْبَةِ حَتَّى تَطْلُعَ
الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا لِلجَنَّةِ ثَمَانِيَةُ أَبْوَابٍ
"Surga
memiliki delapan pintu; tujuh buahnya tertutup, dan ada satu buah yang terbuka
untuk taubat sehingga matahari terbit dari barat." (HR. Ath-Thabrani,
dicatat oleh Imam Al-Mundziri dalam Taghib Wa Tarhib dengan isnad hasan. Namun
hadits ini didha'ifkan oleh Syaikh Al Albani dalam dza'if al Targhib wa al
Tarhib)
"Barangsiapa
yang bertaubat sebelum matahari terbit dari barat, maka Allah akan menerima
taubatnya." (al Hadits).
G. Syarat diterimanya taubat yaitu:
1. Ikhlas. Artinya, taubat pelaku dosa harus
ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena lainnya.
2. Menyesali dosa yang telah diperbuatnya.
3. Meninggalkan sama sekali maksiat
yang telah dilakukannya.
4. Tidak mengulangi. Artinya, seorang
muslim harus bertekad tidak mengulangi perbuatan dosa tersebut.
5. Istighfar. Yaitu memohon ampun
kepada Allah atas dosa yang dilakukan terhadap hakNya.
6. Memenuhi hak bagi orang-orang yang
berhak, atau mereka melepaskan haknya tersebut.
7. Waktu diterimanya taubat itu
dilakukan di saat hidupnya, sebelum tiba ajalnya. Sabda Nabi Shallallaahu
alaihi wa Sallam : “Sesungguhnya Allah akan menerima taubat seorang hambaNya
selama belum tercabut nyawanya.” (HR. At-Tirmidzi, hasan).
H. Contoh
perilaku taubat
Diantara contoh dan tanda orang yang
bertaubat adalah : Lebih berhati-hati dalam melakukan sesuatu disebabkan takut
terjerumus lagi ke dalam dosa. Selain itu orang yang bertaubat akan lebih giat
beramal karena merasa khawatir dosanya belum diampuni oleh Allah Swt.
I. Membiasakan
taubat dalam kehidupan sehari-hari
Taubat itu dilakukan setiap kita melakukan dosa, akan tetapi
tentunya dosa yang berbeda. Bahkan kita harus bertaubat kepada Allah setiap
saat karena mungkin saja ada dosa yang tidak terasa kita lakukan sehingga
memerlukan pembersihan atau taubat.
J. Contoh
taubat bagi remaja
a. Taubat
dari pacaran
Tidak diragukan lagi
bahwa taubat sesuatu yang harus bagi pelaku dosa, apalagi dosa tersebut adalah
dosa besar. Di antara hal yang membuat dosa bisa menjadi besar adalah jika
maksiat di lakukan terus menerus. Contoh di antaranya yang menyebar di kaula muda
adalah pacaran. Berpacaran sudah jelas terlarang karena merupakan jalan menuju
zina. Karena tidak ada pacaran yang bisa lepas dari jalan yang haram.
Sudah tidak
diragukan lagi bahwa pacaran adalah jalan menuju zina. Karena hati bisa tegoda
dengan kata-kata cinta. Tangan bisa berbuat nakal dengan menyentuh pasangan
yang bukan miliknya yang halal. Pandangan pun tidak bisa ditundukkan. Dan tidak
sedikit yang menempuh jalan pacaran yang terjerumus dalam zina. Makanya dapat
kita katakan, pacaran itu terlarang karena alasan-alasan ini yang tidak bisa
terbantahkan.
Jika taubat harus memenuhi tiga syarat tersebut, maka tiga
syarat orang yang taubat dari pacaran adalah:
1. Menyesal dan sedih telah berpacaran
2. Putuskan pacar sekarang juga
3. Bertekad tidak mau pacaran lagi dan menempuh jalan yang
halal dengan nikah
Awal zina dipenuhi
rasa khawatir. Coba lihat saja apa yang dilakukan oleh orang yang hendak
berzina. Awalnya mereka berusaha tidak terlihat orang lain. Khawatir ada yang
melihat perbuatan dosa mereka. Ujung-ujungnya dipenuhi rasa penyesalan. Karena
bisa jadi si wanita hamil. Si laki dituntut tanggung jawab. Akhirnya pusing
kepayang karena perut si wanita yang makin besar dan sulit ditutupi. Akhirnya
yang ada adalah rasa malu. Naik ke pelaminan pun sudah dicap “jelek” karena
terpaksa “Married because an accident”.
Semoga Allah mudahkan kita untuk
senantiasa berada dalam kebaikan dan menjauhkan kita dari berbagai maksiat.
Amin
K. Problem
solving
Apakah wanita yang berzina dan dia bertaubat maka dosa nya akan diampuni?
Dari pertanyaan ini, mungkin banyak pendapat yang
dilontarkan, tetapi hal ini pernah terjadi pada Rasulullah.
Suatu hari, Rasulullah sedang duduk di dalam masjid bersama
para sahabat. Tiba-tiba datanglah seorang wanita yang kemudian masuk ke dalam
masjid. Dengan ketakutan, wanita tersebutmengakukepadaRasulullahbahwadiatelahzberzina.
Mendengar hal itu, memerahlah wajah Rasulullah SAW seperti hampir meneteskan darah. Kemudian beliau bersabda kepadanya, "Pergilah, hingga engkau melahirkan anakmu."
Mendengar hal itu, memerahlah wajah Rasulullah SAW seperti hampir meneteskan darah. Kemudian beliau bersabda kepadanya, "Pergilah, hingga engkau melahirkan anakmu."
Sembilan bulan berlalu, wanita itu akhirnya melahirkan.
Dihari pertama nifasnya, dia datang kembali membawa anaknya,
dan berkata kepada Rasulullah SAW: "Wahai Rasulullah,
sucikanlahakudaridosazina
Rasulullah melihat kepada anak wanita tersebut, dan
bersabda: "Pulanglah, susuilah dia, maka
jikaengkautelahmenyapihnya,kembalilahkepadaku."
Dengansedih,wanitaituakhirnyakembalilagikerumahnya.
Tiga tahun lebih berlalu, namun si wanita tetap tidak berubah pikiran. Dia datang kembali kepada Rasulullah untuk bertaubat. Dia berkata: "Wahai Rasulullah, aku telah menyapihnya, makasucikanlahaku!"Rasulullah SAW bersabda kembali kepada semua yang hadir disana, "Siapa yang mengurusi anak ini, maka dia adalah temanku di surga".
Dengansedih,wanitaituakhirnyakembalilagikerumahnya.
Tiga tahun lebih berlalu, namun si wanita tetap tidak berubah pikiran. Dia datang kembali kepada Rasulullah untuk bertaubat. Dia berkata: "Wahai Rasulullah, aku telah menyapihnya, makasucikanlahaku!"Rasulullah SAW bersabda kembali kepada semua yang hadir disana, "Siapa yang mengurusi anak ini, maka dia adalah temanku di surga".
Sesaat kemudian beliau memerintahkan agar wanita tersebut
dirajam. Setelah wanita tersebut meninggal,beliaupunmenshalatinya.
Melihat hal tersebut, umar Bin Khatab merasa sangat heran sekali. Beliau berkata: "Engkau menshalatinyawahaiNabiAllah,sungguhdiatelahberzina!."Rasulullah kembali bersabda: "Sungguh dia telah bertaubat dengan satu taubat, yang seandainya taubatnya itu dibagikan kepada 70 orang dari penduduk Madinah, maka taubat itu akan mencukupinya.Apakah engkau mendapati sebuah taubat yang lebih utama dari pengorbanan dirinya untuk Allah ?" (HR. Ahmad)
Melihat hal tersebut, umar Bin Khatab merasa sangat heran sekali. Beliau berkata: "Engkau menshalatinyawahaiNabiAllah,sungguhdiatelahberzina!."Rasulullah kembali bersabda: "Sungguh dia telah bertaubat dengan satu taubat, yang seandainya taubatnya itu dibagikan kepada 70 orang dari penduduk Madinah, maka taubat itu akan mencukupinya.Apakah engkau mendapati sebuah taubat yang lebih utama dari pengorbanan dirinya untuk Allah ?" (HR. Ahmad)
Dari cerita tersebut, kami menyimpulkan bahwa sesungguhnya
sebesar apapun dosa yang diperbuat, dan jika ia melakukan taubat dengan
sungguh-sungguh, lebih-lebih jika taubat yang dilakukan adalah sebuah taubat
nasuha, maka insya Allah diampuni dosanya. Allah akan membuka pintu taubat bagi
siapapun yang ingin bertaubat.
PENUTUPAN
Assalamu’alaikum. Wr. Wb
Alhamdulillah kami ucapkan atas
selesainya makalah ini. Demikian tadi yang dapat kami paparkan mengenai materi
yang menjadi pokok bahasan dalam makalah kami. Tentunya masih abnyak kekurangan
dan kelemahan karena keterbatasan pengetahuan kami dan kurangnaya rujukan atau
referensi yang ada sehubungan dengan judul makalah kami.
Kami
berharap bapak dan ibu guru memberikan kritik dan saran yang membangun kepada
kami demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah dikesempatan berikutnya.
Semoga
makalah kami dapat bermanfaat bagi siswa
pastinya dan umat islam pada umumnya. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar